Minggu, 11 April 2010

TEORI KLASIK DALAM PENDIDIKAN

Manusia Dan Perkembangannya
Teori Perkembangan Manusia

Pada pembahasan jiwa (anima|) diketahui bahwa manusia memiliki kesempurnaan dibanding makluk yang lain. Manusia dalam hidup mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun kejiwaan (fisiologis dan psikologis). Banyak faktor yang menetukan perkembangan manusia, yang mengakibatkan munculnya berbagai teori tentang perkembangan manusia. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori Nativisme
Pelopor teori ini adalah Schopenhauer. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan dan pendidikan diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan manusia.
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.

b. Teori empirisme
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan.
Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalh termasuk faktor penting untuk menenukan perkembangan manusia. Teori ini dipolopori oleh Jhon Locke.




c. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkunganyang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.

Hubungan Individu dengan Lingkungan
Pada teori konvergensi disebutkan bahwa lingkungan memiliki peranan penting dalam perkembangan jiwa manusia. Lingkungan tersebut terbagi dalam beberapa kategori yaitu :
a. Lingkungan fisik ; berupa alam seperti keadaan alam atau keadaan tanah serta musim
b. Lingkungan sosial ; berupa lingkungan tempat individu berinteraksi. Lingkungan sosial dibedakan dalam dua bentuk :
1). Lingkungan sosial primer : yaitu lingkungan yang anggotanya saling kenal
2). Lingkungan sosial sekunder : lingkungan yang hubungan anatar anggotanya bersifat longgar.

Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata memiliki hubungan timbal balik lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi lingkungan. Sikap individu terhadap lingkungan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :

a) Individu menolak lingkungan jika tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu
b) Individu menerima lingkungan jika sesuai dengan dengan yang ada dalam diri individu
c) Individu bersikap netral atau berstaus quo.

Gejala/Peristiwa Kejiwaan
Jiwa manusia memiliki kekuatan dan kemampuan yang terdiri atas 3 golongan besar yaitu :
a. Kemampuan jiwa yang berhubungan dengan pengenalan (kognisi)
c. Kemampuan jiwa yang berhubungan dengan perasaan (emosi)
d. kemampuan jiwa yang berhubungan dengan kemauan (konasi)
Kemampuan-kemampuan itulah yang digunakan oleh manusia dalam berhadapan dan berhubungan dengan lingkungannya (di dalam mapun di luar), termasuk dalam mengolah informasi yang ada pada lingkungannya yang disebut dengan stimulus atau rangsang.

Stimulus

Stimulus sendiri di artikan sebagai segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan yang menyebabkan aktifnya organisme . atau Stimulus sendiri diartikan sebagai “any force acting on receptor and making it active” (Woodworth & Marquis). Agar stimulus dapat dapat diolah dan diterima serta disadari oleh reseptor manusia, maka stimulus harus cukup kuat. Oleh karenanya maka ukuran kekuatan stimulus yang paling lemah untuk mampu ditangkap oleh reseptor manusia disebut sebagai ambang stimulus. Bila kekuatan stimulus ditambah maka akan menjadi kuat dan manusia akan menjadi mampu membedakan antara sitimulus yang satu dengan stimulus yang lain. Namun walau telah ditambah kekuatanya manusia tidak mampu menangkap atau menyadari maka stimulus tersebut telah mencapai ambang terminal; yaitu kondisi kekuatan stimulus maksimal yang yang tidak dapat disadari lagi. Sehingga range antara ambang stimulus hingga ambang terminal merupakan daerah kemampuan manusia untuk menangkap stimulus. Misal kekuatan stimulus untuk penglihatan adalah berkisar antara 390 mili micron hingga 760 mili micron. Telinga manusia hanya dapat mendeteksi gelombang suara antara 20 sapai 20.000 hertz serta manusia hanya bisa menerima suhu dalam range 10 hingga 45 derajat Celcius.



Kemampuan jiwa yang berhubungan dengan pengenalan (kognisi)
Sensasi
Tahapan awal diterimanya stimulus dalam diri manusia disebut sebagai peristiwa sensasi (sense) atau penginderaan. Sensasi sendiri berarti penerimaan stimulus melalui alat indera atau “pengalaman elementer yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual yang berhubungan denagn alat indera” (benyamin B Bolman).
Sensasi menjadi penting dalam hidup manusia karena melalui sensasi manusia dapat mengenal kualitas lingkungannya. Alat yang digunakan untuk melakukan sensasi adalah reseptor atau aalat indera yang terdiri dari lima (panca indera) yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan perasa.

Syarat-syarat terjadinya sensasi sebagai berikut :
a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold).
b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon
c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi.

Dari syarat tersebut maka proses sensasi terdiri dari 3 tahapan yang meliputi :
a. proses fisik ; stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut sebagai proses kealaman
b. proses fisiologis ; stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak
c. proses psikologis ; yaitu proses di otak yang menyebabkan organisme mampu menyadari apa yang diterima dengan inderanya. Ini merupakan proses terakhir dari sensasi dan merupakan pengamatan atau sensasi yang sebenarnya.

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Urban Designs